Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 898-9700-500

Email

info@iainmadura.ac.id

PUASA DAN IDUL FITRI

  • Diposting Oleh Achmad Firdausi
  • Sabtu, 29 Maret 2025
  • Dilihat 140 Kali
Bagikan ke

Oleh: Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.

Puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan cara mencegah dari hal-hal yang dilarang mulai terbit fajar hingga mentari terbenam. Yang dicegah/dilarang adalah perbuatan yang membatalkan puasa (makan, minum, berhubungan seksual, dan yang terkait) dan yang merusak pahala puasa (seperti memfitnah, berdusta, mengadu domba).

Menghindar dari lapar, dahaga, dan berhubungan seksual selama waktu terlarang tersebut, merupakan perbuatan yang berat, apalagi dilakukan selama ramadan. Karena ketiganya merupakan kebutuhan dasar manusia. Bahkan terkadang, untuk memenuhi ketiga kebutuhan ini, sebagian orang melakukannya dengan cara merampok, mencuri, dan memperkosa. Belum lagi harus menghindar dari perbuatan yang dapat merusak pahala puasa, seperti memfitnah, mengadu domba, berdusta, bertikai, dan menonton/mempertontonkan sesuatu yang dilarang. Menghindar dari perbuatan ini pun tidak mudah, apalagi di tengah interaksi antar komunitas yang heterogin, dan di tengah mudahnya jari jemari bermedsos ria melalui ponsel.

Oleh karena itu, muslim yang mampu mengendalikan diri untuk tidak melanggar larangan-larangan tersebut melalui puasa sebulan penuh, lillāhi ta`ālā, adalah muslim pilihan. Karena di seberang sana, tidak sedikit orang Islam yang tak berpuasa, bahkan sebagian dari mereka tanpa malu-malu mempertontonkan makan-minum, di tengah khalayak muslim yang sedang berjuang menahan lapar dan dahaga.

Maka, sangat wajar jika muslim pilihan tersebut, menjadi pemenang setelah menuntaskan kewajiban puasa selama ramadan. Dan kemenangan ini patut disyukuri dan dirayakan dengan penuh sukacita, dengan menikmati makan-minum yang halal dan tak berlebihan; bertakbir, salat Id, dan saling bermaafan. Inilah makna hari Idul Fitri, hari lebaran. Karena itu, al-Ashfahani memaknai “al-fithr” (dalam konteks idul fitri) sebagai “tarkus shaum” (meninggalkan atau berbuka puasa). Bahkan di hari kemenangan itu, kaum muslimin diharamkan berpuasa.

Kalimat takbir “Allahu Akbar” yang mewarnai hari kemenangan me­ru­pakan ungkapan tasyakkur dan pengakuan bahwa kemenangan itu, dicapai berkat petunjuk-Nya (wa litukabbirullāha `alā mā hadākum wa la`allakum tasykurūn). Dan dengan mengucap Allahu Akbar, Allah Mahabesar, mengakui bahwa selain Allah ada­lah ke­cil, lemah, dan tidak berdaya. Allahu Akbar, Allah Ma­ha­­besar kekuasaan-Nya, Allah Mahabesar kasih sa­yang-Nya, Allah Mahabesar ampu­nan-Nya. Ma­ka de­ngan mengucap Alla­hu Akbar, segala sifat ang­kuh, takabur, som­bong, dan sok kuasa yang disan­dang makh­luk menjadi tidak ber­arti.

Pasca rama­dan, setelah berhasil meraih kemenangan, bukan berarti telah bebas dari tantangan hidup. Kita tidak boleh lengah, ka­rena iblis telah bersumpah untuk selalu me­nye­satkan manusia. Hal ini ditunjukkan dalam al-Qur’an surah al-Hijr ayat 39-40: “Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” Sumpah iblis juga diulang dalam surah al-A`raf ayat 16-17: “Ia [Iblis] berkata: Disebabkan karena Engkau telah menye­sat­kan saya, maka saya benar-benar akan menghalangi mereka di jalan-Mu yang lurus. Kemudi­an saya pasti akan meng­halangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Eng­kau tidak akan mendapati ke­banyakan mereka bersyukur.”

Tapi, sekuat apapun tipu daya setan, sesungguhnya daya tipu mereka sangat lemah “Inna kaydas syaithāni kāna dha`īfā” (QS. An-Nisa’: 76). Karena itu, mereka mengakui tidak akan bisa memperdaya orang-orang yang beriman secara ikhlas. Maka, keberhasilan mengendalikan diri dalam melawan hawa nafsu selama ramadan, menjadi modal utama untuk melawan tipu daya setan. Wamā taufīqī illā billāh (81).

 


Editor: Achmad Firdausi